Senin, 23 Mei 2011

Jumpa Fans di BSM


Jumpa Fans di Bandung Super Mall (BSM)... weis kaya selebriti saja. Jangan terkecoh dengan judul di atas.

Untuk mengusir kepenatan setelah semalaman (di malam minggu) menguji teknik heding, maka di minggu siang kemarin saya memutuskan untuk jalan-jalan ke BSM, hanya seorang diri. Perjalanan biasa-biasa saja.

Setelah kuparkirkan si Kuda Besi di pelataran parkir BSM, karena perutku sudah melantunkan nada keroncong, target pertama adalah nasi goreng jakarta yang ada di Giant, lantai dasar BSM.

Lantunan nada keroncong perutku pun sedikit demi sedikit lenyap. Thanks God... terasa benar maknyos nya nasi goreng.

Setelah mutar-mutar melihat perkembangan dari furniture dan barang electronic, target saya adalah Gramedia, toko buku pavorit saya.

Senang rasanya melihat orang-orang yang pada ceria. Muda mudi yang senda gurau, anak-anak kecil yang berlarian, sambil diperhatikan orang tuanya yang ngobrol santai dengan pasangannya, para penjaga toko yang pada rapi dan sopan, pak satpam yang gagah berdiri dengan tegapnya.

Tak seorang pun memperhatikan saya. Itulah nikmatnya jalan-jalan di mall, tempat yang ramai yang tak seorang pun memperhatikan saya dengan khusus, tapi saya bebas memperhatikan siapa saja, tapi tentunya dengan etika dan kesopanan.

Gramedia....
Saya sangat bersyukur ada orang-orang besar yang mempunyai dedikasi terhadap ilmu pengetahuan. Setelah puas dengan "mengacak-ngacak" buku dan pinggangpun mulai pegel, beberapa buku pun kubayar di cashier.

Setelah keluar dari gramedia saya mencari bangku kosong untuk mengistirahatkan pinggang dan kaki. Bangku pun dengan mudahnya di dapat. Saya pun duduk di sana. Terasa sekali nikmatnya napas panjang whhh..... Saya benar-benar merasakan atmosfir kemakmuran di sini... BSM benar-benar ditata dengan baik, saya tau di belakangnya ada insinyur dengan dedikasi yang tinggi dan para designer yang menghabiskan malam-malamnya untuk menemukan design yang sempurna, bahkan mungkin juga ada ahli fengsui yang ikut andil dalam pembangunan gedung ini.

Suasana pun terpecahkan ketika saya merasakan ada orang yang menuju saya dari sebelah kiri, dengan tatapan saya yang masih ke depan, saya pun diam dan menunggu apakah benar orang ini menuju saya. Dan ternyata benar, suara wanita terdengar menyebut nama saya dengan agak ragu "Kang Solehudin...", saya pun menoleh dan menatap nya sambil berkata "Iya..." Saya berusaha untuk mengingat-ngingat siapa kah wanita ini, karena saya benar-benar tidak mengenalnya. Wanita itu pun mengetahui dari tatapan saya yang seolah menanyakan siapakah Anda, diapun berkata "Maaf, mungkin Kang Soleh tidak mengenal saya, tapi benerkan ini kang Soleh yang suka nulis di blog jurnal forex, saya mengenali kang Soleh karena photonya terpampang di blog", "oh..." saya berpikir, aneh... kok bisa ya seorang penulis dari blog yang tidak terkenal bertemu dengan pembaca blog di dalam ruang dan waktu yang tidak direncanakan, tapi... ya itulah... dalam dunia probabilitas semua kemungkinan walaupun hanya 0,1% itu tetaplah sebuah kemungkinan, dan semua kemungkinan bisa saja terjadi.

"Perkenalkan, nama saya ****, bolehkah saya ikut duduk di sini sambil ngobrol?", lalu saya jawab sambil tersenyum "Oh silahkan" obrolan santai mengenai forex pun mengalir.

Dari sekian banyaknya obrolan, satu hal yang masih terngaung-ngaung di telinga, dan yang sesungguhnya menggerakkan tangan saya untuk nulis postingan ini.

Hal itu adalah sebuah jawaban dari pertanyaan mengenai apakah benar-benar ada trader yang profit secara konsisten dalam forex. Biasanya saya menjawab pertanyaan ini hanya dengan senyuman, ya... hanya dengan senyuman. Tapi tidak waktu itu. Mendadak saya teringat sang penemu bola lampu Thomas A. Edison.

Pertanyaan tersebut saya jawab dengan sebuah pertanyaan, "Anda pasti tahukan penemu lampu pijar, apakah beliau akan menghentikan eksperimennya ketika tahu bahwa sebenarnya tidak ada satu orang pun yang bisa membuat lampu pijar?"

Sementara yang diajak ngobrol tidak menunjukkan reaksi apa-apa, saya sendiri tercengang dengan apa yang baru saja saya katakan. Sepertinya pernyataan itu benar-benar ditujukan kepada diri saya sendiri supaya saya tidak menghentikan eksperimen-eksperimen untuk lebih mengoptimalkan profit dari trading forex.

Saya berpikir, bahwa guru terbaik atau jawaban terbaik untuk seseorang adalah dirinya sendiri, karena dialah yang benar-benar mengerti terhadap masalah dirinya, benar-benar mengerti terhadap inti atau maksud dari pertanyaannya, adapun bantuan dari luar seperti buku ataupun guru hanyalah berpungsi untuk memberikan masukan dan pertimbangan bagi si diri untuk menjawab pertanyaan dan permasalahan dirinya. Akan tetapi.... bukan berarti hal ini tidak memiliki kelemahan. Kelemahannya adalah, terkadang atau bahkan seringkali seseorang hanya melihat apa yang ingin dilihatnya, dan mendengar apa yang ingin didengarnya saja, untuk hal ini diperlukan kepekaan yang tinggi terhadap diri sendiri dan tetap open mind, tetap memiliki pikiran terbuka, sehingga tidak terjebak kepada anggapan palsu bahwa dirinyalah yang paling benar.